Sabtu, 11 Agustus 2012

curcol sekelak

Bagaimana aku bisa memilih untuk optimis disaat satu-satunya pilihan yang tersedia hanya pesimis. Bisakah ? mampukah ? akhir-akhir ini pertanyaan itu selalu menghantuiku. bukannya aku tak ingin belajar untuk menjadi bisa. Tapi memang keadaan yang hadir tak memberi pilihan apa2 selain menyerah. Menyerah atau hancur semuanya.

Aku tak ingin menginkari kepercayaanku bahwa Tuhan akan selalu berkarya dalam hidupku bahkan saat tak ada jalan. Tuhan tempat ku berharap saat tak ada yang memberi harapan. Tapi aku tidak mempunyai iman yang cukup untuk dapat mereliasasikannya. sesaat aku meyakininya, namun tak butuh waktu sedetik untuk berubah fikiran. sungguh hal yang sangat tidak kuharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar